Move On dari Bencana Donggala, Bang Asep Kembali Bertanam Hingga Panen Tomat 70 Ton/Ha

March 21, 2023
Move On dari Bencana Donggala, Bang Asep Kembali Bertanam Hingga Panen Tomat 70 Ton/Ha

 

Peristiwa gempa bumi dan tsunami yang melanda kawasan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada 28 September 2018 silam membawa kenangan pahit bagi warga yang terkena dampaknya. Pastinya, ada banyak sektor yang terkena imbas dari bencana besar ini. Termasuk sektor pertanian.

 

Karena itulah, saya tertarik mengangkat profil Bapak Asep Triwahyudi, yang menjadi narasumber untuk acara BicaraTani kami, episode 139. Saya pantengin video wawancara-nya bersama Kang Garis, Area Manager kami untuk area Priangan Barat.

 

Videonya sangat menginspirasi, dimana kenangan pahit menjadi korban bencana alam, bukan penghalang untuk bangkit dan maju. Malah dijadikan motivasi ke depannya untuk berkarya dan lebih baik lagi. Padahal hampir semua tanaman budidaya dan ternak milik Bapak Asep Triwahyudi, atau yang biasa dipanggil Bang Asep ini hancur dan rusak.

 

"Setelah 6-7 bulan pasca gempa, kondisi pemasaran dan jalur distribusi hasil panen belum pulih seperti sedia kala. Jalan-jalan penghubung masih dalam tahap perbaikan. Namun pelan-pelan masyarakat berbenah dan bangkit dari keterpurukan," ujar Bang Asep yang mulai bertani dari tahun 2014.

 

 

Setelah mulai bertanam kembali, Bang Asep membudidayakan tomat untuk dataran rendah. Saat ini, Bang Asep memanen tomat dengan hasil yang terbilang fantastis yaitu sekitar 70 ton per Ha.

 

"Alhamdulilah sekarang sudah normal lagi. Bisa panen tomat 70 ton per Ha. Bencana di Donggala, memang cobaan terbesar yang saya alami selama 9 tahun menjadi petani," sambungnya.

 

Panen Tomat 70 Ton/Ha

 

Agar mendapatkan hasil produksi tanaman yang optimal, ada banyak faktor yang harus diperhatikan. Di antaranya faktor tanah, pengendalian hama & penyakit, manajemen penanaman dan pemupukan.

 

 

Untuk jarak tanamnya, 50 cm x 50 cm. Tomatnya ini dibudidayakan dengan menggunakan mulsa. Sebelum dipasangi mulsa, diberikan juga pupuk kandang sebayak 300 karung per Ha atau 6-7 ton per Ha.

 

“Kualitas tanah di wilayah kami cukup baik, terbukti dari tingkat keasaman atau pH tanahnya 6,5. Dengan baiknya kualitas tanah di sini, maka pengapuran atau pemberian kapur pertanian hanya di lakukan 1 kali selama 2 periode tanaman dengan dosis sekitar 1,5 ton per Ha," jelasnya.

 

Pemupukan Tomat

 

"Setelah menggunakan program pemupukan dari PT Meroke Tetap Jaya, panen tomat yang dihasilkan lebih besar dan optimal, selain itu kualitas ukuran buahnya antara ujung, tengah, dan bawah sama," ucap Bang Asep yang biasanya memanen tomat pada 60 HST, kemudian bisa berlanjut sampai mendekati umur 5 bulan lebih.

 

Pupuk dasar yang digunakan: SS (AMMOPHOS) dan NPK Mutiara 16-16-16. Keduanya diberikan dengan cara ditabur. Sementara itu, memasuki masa vegetatif, diaplikasikan NPK Mutiara 16-16-16 dan KARATE PLUS BORONI dengan cara dikocor.

 

Memasuki fase generatif, pengocoran tetap dilakukan dengan NPK Mutiara GROWER 15-9-20+TE dan KARATE PLUS BORONI.

 

Memaksimalkan pembentukan bunga dan buah di akukan penyemprotan dengan pupuk MerokeMAG-S dan MerokeMKP yang masing masing dengan dosis 2-4 gr per liter.

 

Setelah tomat berbuah, untuk memaksimalkan ukuran dan bentuk buah nya penyemprotan dilakukan dengan mengaplikasikan MerokeSOP, dosisnya 2-4 gr per liter.

 

Dari video wawancara BicaraTani episode ke 139, kami mendapatkan semangat baru dari Bang Asep. Semoga dengan tulisan ini menambah pelajaran dari pengalaman petani sukses di seluruh Nusantara. Akhir kata dari penulis, selalu sehat dan nantikan kisah-kisah inspiratif lainnya.

 

Salam Mutiara!

Berita Lainnya