Belajar dari Kegagalan: Meningkatkan Hasil Panen Kembang Kol Berkualitas

October 20, 2025 | Penulis: Rizqina Aulia
Belajar dari Kegagalan: Meningkatkan Hasil Panen Kembang Kol Berkualitas

 

Budidaya kembang kol kini semakin diminati oleh petani karena prospeknya yang menjanjikan dan perawatannya yang relatif mudah dibandingkan tanaman pangan lain. Namun, di balik kesuksesan tersebut, tidak sedikit petani yang mengalami tantangan mulai dari serangan hama hingga kesalahan dalam perawatan yang dapat menghambat hasil panen. Tahukah bahwa tanaman kembang kol sebenarnya berasal dari tumbuhan liar berbatang lunak dari dataran Eropa dan baru dikembangkan menjadi tanaman budidaya yang produktif? 

 

Tanaman kembang kol sebenarnya berasal dari tumbuhan liar berbatang lunak yang berasal dari dataran Eropa. Pada sekitar tahun 1860-an, tanaman ini mulai dikembangkan oleh seorang ilmuwan dari Amerika Serikat menjadi salah satu tanaman budidaya yang cukup digemari oleh petani di Indonesia. Pada awalnya, kembang kol memang lebih cocok tumbuh di daerah dengan dataran tinggi antara 1000 sampai 1500 meter di atas permukaan laut karena berasal dari daerah subtropis. Namun, berkat kemajuan teknologi pemuliaan tanaman, sekarang sudah banyak varietas kembang kol yang bisa tumbuh dengan baik di dataran rendah sehingga memperluas peluang budidaya untuk petani.

 

 

Budidaya tanaman kembang kol memang memiliki banyak tantangan dan risiko, termasuk kegagalan dalam menanamnya. Bahkan, pengalaman kegagalan seorang petani dalam menanam kembang kol bisa menjadi pelajaran berharga karena dari kegagalan itulah kita bisa belajar dan memperbaiki cara bertani. Mengapa kita harus belajar dari kegagalan? Karena dengan mengetahui penyebab kegagalan, kita bisa menghindari kesalahan yang sama di masa depan dan meningkatkan hasil panen.

 

Salah satu alasan petani memilih tanaman kembang kol sebagai komoditas pertaniannya adalah kembang kol tidak memerlukan ajir sebagai penyangga, berbeda dengan tanaman lain seperti kacang atau tomat. Selain itu, budidaya kembang kol cukup menjanjikan karena permintaan pasar yang stabil dan perawatan yang relatif mudah. Dari pengamatan petani kembang kol, kebanyakan dari mereka merasa serangan hama dan penyakit di tanaman ini tidak terlalu masif. Masalah hama yang umum ditemui adalah ulat grayak atau ulat Crocidolomia pavonana, serta penyakit jamur seperti yang disebabkan oleh Erwinia dan Xanthomonas.

 

 

Kondisi kembang kol dikatakan baik saat daun tanaman kembang kol tampak mengkilap dan sehat, batangnya tebal serta daun-daunnya masif dan kuat. Dengan kondisi ini, pola pemupukan menjadi hal penting untuk dipertimbangkan. Pada fase awal pertumbuhan, pupuk yang digunakan adalah KARATE PLUS BORONI dan NPK Mutiara 16-16-16 melalui sistem kocor dengan frekuensi 10 hari sekali pada umur tanaman 5, 15, dan 25 hari. Selanjutnya, untuk fase berikutnya diganti menggunakan NPK Mutiara GROWER dengan peningkatan dosis, sementara KARATE PLUS BORONI tetap diberikan dengan dosis yang sama sejak awal.

 

Selain pemupukan dasar, aplikasi foliar juga dilakukan untuk mendukung kebutuhan nutrisi tanaman. Pada awal tanam foliar pertama yang digunakan adalah MerokeMAG-S yang diaplikasikan secara rutin bersamaan dengan PROVIT HIJAU. Rotasi aplikasi foliar dilakukan setiap 10 hari, dengan jeda 5 hari setelah penyiraman pupuk kocor. Hal ini bertujuan menjaga nutrisi daun dan merangsang pertumbuhan tanaman tetap optimal.

 

Saat tanaman memasuki fase transisi dari vegetatif ke generatif, pupuk foliar yang digunakan berganti menjadi PROVIT MERAH diikuti PROVIT MAXIPROVIT MERAH memiliki kandungan fosfor (P) yang tinggi sehingga membantu percepatan pembentukan bunga kembang kol. Dengan nutrisi yang tepat pada fase ini, diharapkan tanaman kembang kol dapat berbunga dan menghasilkan kepala kembang yang sempurna dan berkualitas.

 

Namun, berbudidaya kembang kol tidaklah selalu mulus. Salah satu kendala utama yang harus diwaspadai adalah serangan tikus yang sulit untuk ditanggulangi. Tikus ini bisa menjadi hama pengganggu signifikan karena dapat merusak tanaman secara fisik.

 

Selain hama tikus, penyakit yang sering muncul terutama setelah musim hujan adalah busuk pada krop tanaman yang disebabkan oleh bakteri Erwinia. Untuk pengendalian penyakit ini, penggunaan bahan aktif tembaga menjadi pilihan yang umum karena efektif melawan bakteri tersebut. Meski ada serangan jamur, kerusakan yang terjadi tidak terlalu serius karena perlindungan tambahan dari KARATE PLUS BORONI yang mengandung kalsium. Kalsium ini membantu meningkatkan toleransi tanaman terhadap serangan penyakit sehingga kerugian dapat diminimalisasi.

 

Perlu diingat bahwa KARATE PLUS BORONI sendiri bukanlah pestisida yang secara langsung membunuh hama, melainkan pupuk yang membantu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan. Namun demikian, penggunaan pestisida tetap harus dilakukan secara bijaksana dan sesuai kebutuhan karena toleransi tanaman terhadap penyakit memiliki batas tertentu.

 

Pengalaman kegagalan dalam budidaya mengajarkan bahwa fungsi pupuk dan pestisida harus diperhatikan dengan cermat. Misalnya, pupuk tembaga mengandung unsur logam yang memang diperlukan tanaman dalam jumlah tertentu. MerokeFITOFLEX sebagai pupuk mikro mengandung  tembaga, besi, mangan, seng, boron, dan molibdenum yang sangat dibutuhkan tetapi dalam dosis sangat kecil. Oleh karena itu, penggunaan pupuk seperti ini harus hati-hati agar tidak terjadi kelebihan yang dapat merusak tanaman.

 

Pemakaian pupuk logam seperti MerokeFITOFLEX direkomendasikan dalam dosis 2,5 sampai 5 gram per tangki yang berisi 16 sampai 20 liter air. Penggunaan secara proporsional sangat penting agar tanaman mendapatkan manfaat optimal tanpa risiko keracunan unsur hara mikro. Selain pupuk, pestisida yang juga berbasis logam harus digunakan dengan bijak supaya tidak menimbulkan efek negatif pada tanaman dan lingkungan.

 

 

Secara keseluruhan, bertani kembang kol bukan hanya soal modal atau biaya saja, tetapi juga butuh ilmu dan pengetahuan yang komprehensif. Mulai dari pengenalan tanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, hingga pemanenan harus dipahami secara menyeluruh agar hasil yang diperoleh maksimal dan usaha tani berjalan dengan lancar. 

 

Untuk meningkatkan keberhasilan budidaya kembang kol, petani harus memberdayakan semua sumber yang dimiliki, termasuk informasi terkini dan diskusi dengan ahli pertanian. Pendampingan dan pengawalan budidaya secara berkala juga sangat membantu menjaga tanaman tetap sehat dan produktif. Tentunya dengan ilmu dan pengalaman yang terus diperbarui adalah kunci kesuksesan bertani kembang kol.

 

**Untuk melihat program pemupukan tanaman, download Apps Petani Cerdas di Google Playstore dan Apple App Store.

Artikel Lainnya