Banyak Keuntungan Budidaya Melon Chamoe di Greenhouse

Berkunjung ke petani, sudah pasti menjadi kegiatan rutin sebagai Agronomis. Ada banyak hal menarik yang bisa didokumentasikan dengan baik. Poin plusnya, bisa menambah wawasan dan menjalin silaturahmi serta hubungan emosional dengan petani.

Greenhouse Melon Chamoe

Melon chamoe termasuk jenis tanaman yang cukup adaptif, bisa dibudidayakan, baik di dataran rendah maupun tinggi. Bisa juga menggunakan sistem konvensional dan hidroponik di greenhouse.

Edisi kali ini, Tim Digital kami berkunjung ke sebuah greenhouse melon chamoe di Lembang, yang lokasinya berada pada ketinggian 1.312 mdpl.

Total luasan greenhouse-nya mencapai 2.000 m2 dengan populasi sekitar 5.000 tanaman. Pola budidaya di sana memakai sistem hidroponik irigasi tetes. Jarak antar tanamannya sekitar 46 cm dengan jarak baris 120 cm.

Media tanamnya menggunakan cocopeat dengan ukuran polybag 40 x 20 cm. Satu polybag ditanam 2 tanaman. Melon chamoe memiliki segmentasi pasar tersendiri dengan harga yang relatif tinggi. Untuk budidaya dan perawatan juga tidak terlalu sulit.

"Perawatan yang dilakukan seperti menanam melon lainnya," ucap Mas Fendi, penanggung jawab greenhouse melon chamoe di Lembang.

Mas Fendi menambahkan, keuntungan penanaman melon chamoe di greenhouse memungkinkan mendapatkan hasil panen yang konstan dan stabil. Juga, meminimalisir serangan hama dan penyakit.

Pemeliharaan tanaman melon jadi lebih mudah, karena penyiraman dilakukan secara otomatis pada waktu tertentu. Kelemahannya, melon chamoe berpotensi rentan terhadap serangan virus gemini.

“Chamoe sangat rentan terhadap virus gemini, yang menyerang tanaman saat memasuki umur 2 - 3 minggu setelah tanam. Virus dibawa melalui vector kutu kebul Bemicia tabaci. Untuk mencegah penyakit mematikan itu, sebelum penanaman perlu sterilisasi greenhouse dan media menggunakan pestisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida. Dengan sekali sterilisasi ini, serangan dapat diminimalisir," jelasnya.

Untuk pupuknya, Mas Fendi memilih yang hidroponik grade, karena dinilai TEPAT dan sesuai kebutuhan tanaman yang menggunakan sistem hidroponik.

"Salah pemilihan pupuk sebagai bahan dasar AB Mix dapat menjadikan hasil panen kurang maksimal," ungkapnya.

Adapun pupuk yang diaplikasikan dalam budidaya melon chamoe di antaranya: MerokeCALNIT, MerokeKALINITRA, MerokeSOP, MerokeMKP dan lain-lain. Hasilnya, kualitas panen bisa terjaga. Terbukti, brix dari melon chamoe yang dihasilkan mencapai 15.

Melon chamoe bisa dipanen sekitar 50-60 HST, yang memiliki ciri-ciri di antaranya warna buahnya menguning, aroma sudah menyengat, dan daun deket buah sudah menguning atau kering.

Sensasi Melon Chamoe yang Menggiurkan

Melon chamoe kerap disebut buah oriental dengan rasa yang manis dan segar. Agak mirip dengan mentimun dan melon Honeydew. Jika dibandingkan dengan varietas melon lainnya rasa manisnya lebih rendah, serta memiliki kadar air hingga 90%.

Ada sensasi tersendiri saat menikmati melon chamoe, kita dapat menikmati buah bersama kulitnya. Tak heran, melon chamoe memiliki banyak penggemar dari anak-anak hingga orang tua.

Buah yang bentuknya yang menyerupai timun suri dan memiliki kulit berwarna kuning muda dengan strip putih memanjang ini mudah dijumpai di Asia Timur, dan masuk 10 besar melon yang disukai di dunia.

Melon chamoe termasuk varietas yang menggiurkan, karena disamping buahnya yang imut, harganya juga lumayan untuk kelas melon. Harga yang dibanderol di supermarket berada kisaran Rp 45.000 - Rp 55.000 per kg.

Permintaannya pun datangnya tak hanya dari dalam negeri, namun juga luar negeri. Seperti, Singapura yang ternyata permintaannya sangat tinggi.

Ternyata, masih banyak peluang dan potensi dari budidaya melon secara hidroponik yaaaaa. Selain menguntungkan, budidaya melon secara hidroponik sangat efisien dan tepat guna.

Senang rasanya belajar melon pada Mas Fendi yang masih muda, semangat dan energik. Semoga kedepan semakin banyak petani petani muda sukses yang terjun di dunia pertanian. Aamiin.