Problematika Mutu Pupuk

February 28, 2019
Problematika Mutu Pupuk

Oleh : Wayan Supadno/Pak Tani

 

Rasa kecintaan saya dan jiwa rasa nasionalis saya kepada Indonesia tak perlu lagi diragukan, mungkin hal itu tak perlu saya katakan lagi karena publik sudah bisa menilai sendiri. Namun kali ini saya harus bicara jujur apa adanya demi kebaikan bersama.

 

Jika kita testimoni bertanya kepada 15 orang petani sejati, misal saja saya sebutkan merk dagangnya, apakah pupuk kimia NPK Mutiara produksi PT Meroke Tetap Jaya tersebut bagus, bukan promotif, dari 15 orang ditanya maka justru 16 orang menjawab iya memang terbukti bagus.

 

Sekalipun sebagian tahu itu barang impor. Artinya semua petani tanpa kecuali termasuk si penanya juga mengakui barang tersebut bagus, sekalipun harganya 1,5 x lipatnya dibanding pupuk NPK merk lain karya perusahaan dalam negeri termasuk BUMN. NPK Mutiara harganya Rp 11.000/kg, NPK dalam negeri Rp 7.500/kg.

 

Sekalipun mahal tapi fakta lapangan itulah paling mudah terjual dan laku keras ( marketable dan fast moving ), karena menyangkut efisiensi dan biaya penyertanya yaitu ongkos kirim dan ongkos tabur aplikasi di lahan kebun, terlebih biaya tenaga kerja di kebun makin sulit didapat dan makin mahal.

 

Lalu apa sebabnya itu terjadi, tentu terkait lazimnya karena upaya menjaga mutu mulai pemilihan bahan baku, proses formulasinya, kadar komposisi hara, daya larut dan efektivitas lapangannya. Sekalipun komposisi dalam label kemasan sama tapi nyatanya beda jauh dalam efektivitas lapangan dan efisiensinya penggunaan anggaran dari mata agribisnis.

 

Di sinilah letak masalahnya, problematika di dalam hati petani, satu sisi ingin ikut serta membendung impor hemat devisa negara, tapi satu sisi lain lagi petani punya hak dan kewajiban mencari inovasi diri agar bisa seefisien mungkin guna meningkatkan laba maupun mempercepat kembalinya modal (ROI).

 

Sehingga sangat serius dibutuhkan upaya nyata membangun anak bangsa (SDM) agar paham hal pupuk, idealnya memupuk demi produktivitas maupun maksimalnya laba maka sebaiknya memakai pupuk berimbang yaitu ada pupuk organik, pupuk hayati dan pupuk kimia seperlunya saja. Syukur - syukur jika untuk tanaman musiman cukup organik hayati saja, lebih sempurna lagi jika semua petani diajari agar bisa membuat pupuk sendiri yang bermutu tinggi agar mandiri pupuk.

 

Dalam sebuah buku manajemen mengatakan bahwa:

 

"Mutu dan pemasaran saling terkait dan terikat, mutu bagus tanpa strategi pemasaran cerdas maka akan tidak sampai ke pasar, sebaliknya pemasaran sehebat apapun akan jadi sia - sia belaka jika tanpa nyawanya yaitu mutu bagus, pada hakekatnya wasit massal berkelanjutan sebuah produk di pasar adalah konsumen, jika marketable dan fast moving jangka lama pertanda barang tersebut memberi nilai tambah laba dan nilai tambah manfaat secara nyata."

 

Salam Inovasi

Wayan Supadno Pak Tani

Berita Lainnya