Pepaya Manohara, Pepaya Viral dari Pringsewu Lampung

December 29, 2022
Pepaya Manohara, Pepaya Viral dari Pringsewu Lampung

 

Pepaya manohara sempat viral di pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Ternyata, buah pepaya yang terkenal karena kemulusannya ini aslinya jenis pepaya california atau calina yang berasal dari Pringsewu, Lampung.

 

“Disebut pepaya manohara bukan tanpa alasan, yaaa karena kemulusan si pepaya inilah. Makanya, sama warga sini dimiripkan dengan artis Manohara,” ucap Bapak Subihi, yang sudah bertanam pepaya manohara di Pringsewu Lampung sejak tahun 2018.

 

Pringsewu, kabupaten ini teletak di Lampung, dan sangat identik dengan kopi serta kakao. Mayoritas penduduknya pun terjun ke sektor pertanian.

 

Untuk mengoptimalkan penanaman dan pemasaran hasil panen pepaya California ini Bapak Subihi juga mendirikan perkumpulan petani P4L (Persatuan Petani Pegelaran Pepaya Pringsewu Lampung). Jumlah anggota kemitraannya sekitar 45 orang.

 

Bapak Subihi menanam pepaya manohara di lahan seluas 15 Ha. Dengan sistem kemitraan tersebut, diproyeksikan total lahannya sekitar 80 Ha.

 

Budidaya Pepaya Manohara

 

“Banyak tantangan dalam budidaya pepaya manohara. Terbesar itu tantangannya menghadapi alam, yaitu ketersediaan air pasca musim kemarau, karena pengairan di Pringsewu agak susah,” ujar Bapak Subihi.

 

Sambung Bapak Subihi, permasalahan tersebut perlahan-lahan teratasi dengan dibuatkannya sumur bor. Sementara itu, hama dan penyakit yang kerap menyerang adalah penyakit kuning.

 

Serangan awalnya pada bagian pucuk muda daun, kemudian turun ke buah. Muncullah bercak-bercak hitam gosong di buah seperti patek.

 

“Penyakit kuning merebak dari tahun 2020, dan serangan puncaknya pada tahun 2021. Masih dilakukan penelitian dari pihak terkait asal dari penyakit kuning,” lanjut Bapak Subihi.

 

Agar hasil produksi tanaman optimal, Bapak Subihi punya cara perawatan tersendiri, terutama pemupukannya yang sesuai dengan brosur program pemupukan pepaya PT Meroke Tetap Jaya.

 

“Mengacu rekomendasi pemupukan yang ada, memasuki fase vegetatif, saya menggunakan NPK Mutiara 16-16-16 sebanyak 50 gram per tanaman. Generatif-nya menggunakan 200-350 gram per tanaman NPK Mutiara GROWER 15-09-20+TE,” ungkap Bapak Subihi saat bersama Squad Mutiara.

 

 

Pepaya sama dengan tanaman lainnya dalam hal pemupukan, membutuhkan setidaknya 12 unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan mikro (Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, B).

 

Dalam memaksimalkan rasa manis, kesegaran buah, dan kualitas pepaya manohara, menurut Bapak Subihi hara yang paling berperan adalah Kalium dan Kalsium.

 

Sebagai sumber Kalsium yang juga ada kandungan Nitrogen-Nitrat, Bapak Subihi memilih pupuk KARATE PLUS BORONI dari fase vegetatif hingga generatif. Dosisnya 10-100 gram per tanaman.

 

Sedangkan pupuk susulannya saat memasuki fase generatif hingga pembesaran buah, Bapak Subihi memilih rutin mengaplikasikan SuburKALI BUTIR sebanyak 50-100 gram per tanaman.

 

“Saya tahu program pemupukan ini dari petugas Meroke di wilayah Pringsewu. Mudah juga sekarang tahu program pemupukan tanaman-tanaman dari PT Meroke Tetap Jaya. Tinggal download Apps PETANI CERDAS di Google Play Store. Dah lengkap ada brosur pemupukan tanaman dan informasi tentang produk pupuknya secara detail,” papar Bapak Subihi.

 

Puncak panen pepaya manohara berada pada kisaran umur tanaman, 9-12 bulan setelah tanam. Untuk bobot rata-ratanya per buah adalah 1-2.5 kg, dengan potensi hasil rata-rata 15-22 ton per bulan per Ha.

 

 

Pasca Panen Pepaya Manohara

 

Selain pemupukan, ada hal lainnya yang perlu diperhatikan. Yaitu, proses pengiriman dan pasca panen, yang tujuannya untuk meminimalisir buah penyok saat pengiriman.

 

“Packing dari lahan harus baik. Saat panen dari lahan, argo harus dilapisi busa, dan ketika penyusunan di mobil harus rapi. Buah pun harus dibungkus dengan kertas koran. Agar, buah tetap segar dan mengurangi buah penyok saat pengiriman,” tegasnya.

 

Buah pepaya manohara ini dikirim ke Pasar Kramat Jati Jakarta, Anyer, Tangerang sampai ke Gedebage Bandung.

 

“Bisa suplai rata-rata 220 ton per bulan untuk pasar Kramat Jati. Harga terendah yang pernah diterima saya, Rp 2.200 per kg, dan harga tertinggi Rp 7.000 per kg,” ujar Bapak Subihi.

 

Menutupi perbincangan dengan Squad Mutiara, Bapak Subihi memberi saran kepada generasi muda. Agar, jangan takut bertani, karena profesi yang sangat menjanjikan.

 

“Sebagai petani kita harus merawat tanaman kita dengan penuh kasih sayang, dengan begitu hasil dari panen akan optimal. Untuk masalah harga jangan takut, karena jika hasil dari tanaman optimal, dengan harga terendah pun kita masih mendapat kan keuntungan,” tutupnya.

Berita Lainnya