Muhtar Yusuf Pilih Sistem NFT - Paralon untuk Melon Premium

September 07, 2022
Muhtar Yusuf Pilih Sistem NFT - Paralon untuk Melon Premium

 

"Hidroponik adalah hal yang baru. Saya mendapatkan ilmunya secara otodidak, gurunya itu YouTube dan artikel. Ketika mengalami kendala seperti hama & penyakit tanaman, cari solusinya di sana. Kebanyakan tidak langsung berhasil, 2-3 kali baru berhasil. Jadi, metode belajarnya dari eksperiman & pengalaman," ujar Muhtar Yusuf, pria yang tahun ini genap berusia 35 tahun.

 

Perjalanan Muhtar menjadi petani dimulai dari hobinya bertani secara sederhana di rumah bertanam bunga dan buah-buahan. Hobinya ini untuk mengisi waktu senggangnya di sela-sela kesibukan mengajar di sebuah madrasah di Purwokerto.

 

Muhtar semakin sibuk dengan hobinya, di kala awal pandemi, tahun 2020 lalu yang membawa perubahan di beberapa sektor, termasuk pendidikan. Dimana, para siswa tidak perlu bertatap muka dengan di guru di sekolah, hanya melalui daring.  

 

Dari situlah, sistem School From Home (SFH) dan Work From Home (WFH), menjadi solusi bagi pelaku pendidikan. Bagi Muhtar, dua sistem tersebut membuatnya tidak terlalu sibuk menjadi pengajar seperti sebelum pandemi, dan membuatnya lebih menekuni hobinya.

 

"Awalnya itu tanam sayur, sekitar 500 pohon. Alhamdulillah, hasilnya bagus. Dipasarkan melalui Whatsapp, dan warung-warung kecil. Hasilnya tidak menutup biaya produksi, karena menjual dengan harga yang sama dengan sayuran konvensional. Dari situ, saya berpikir mencari komoditas yang mudah dipasarkan. ketemulah melon hidroponik," cerita Muhtar yang memulai bertanam melon hidroponik, 200 tanaman dengan sistem drip tetes.

 

 

Untuk budidaya melon ini, Muhtar mengatakan sudah mencoba-coba ragam jenis sistem hidroponik. Menurutnya masing-masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari pengalamannya, sistem drip tetes terkadang menyumbat di kala populasi banyak. Sehingga, harus di cek satu per satu.

 

Selain drip tetes, Muhtar pernah mencoba dutch bucket yang dirasanya bagus. Namun, biaya investasinya besar untuk pembelian paralon yang banyak dan pompa.

 

"Sudah saya coba semuanya, kecuali rakit apung. Pertama kali, pakai sistem drip tetes. Saya merasa penggunaan nutrisi banyak terbuang, karena ada resapan dari bawah planter bag. Jika menetes dan lupa dimatikan, nutrisi jadi terbuang dan boros. Ketika panen pun, kita harus kerepotan mencari media tanam lagi, seperti cocopeat dan arang sekam yang memakan waktu 2 minggu," sambung Muhtar yang menggunakan racikan 8 bahan pupuk sebagai nutrisi tanamannya.

 

 

Muhtar juga mencoba fertigasi kapiler, sayangnya sistem ini rentan dengan pertumbuhan jamur, saat memakai media cocopeat. Penyakit busuk akar dan batang kerap menyerang tanaman.

 

"Fertigasi kapiler itu awal-awalnya ketika 0-40 hari, pertumbuhannya bagus sekali. tapi ketika 40-50 hari, banyak tumbuh jamur. Yang umum itu pasti busuk batang. Apalagi ketika curah hujan tinggi, sangat riskan," ujar Muhtar yang saat ini lebih nyaman memakai sistem NFT.

 

Dalam sistem NFT, Muhtar menggunakan modul paralon ataupun talang air. Ini memudahkannya, karena setelah panen hanya perlu bersihkan paralon selama 2 hari. Setelah itu, sudah bisa langsung ditanami.

 

Kelebihan lainnya dari sistem NFT adalah waktu tanam yang cepat, dan perputaran tanaman yang tidak lama untuk menanam lagi.

 

"Bahkan, ketika kita belum panen, taruhlah 1 minggu lagi. Kita bisa nyemai lagi untuk 1 minggu pun sudah bisa. Jadi, perputarannya lebih cepat," ucap Muhtar yang sudah mengelola sekitar 8.000 tanaman melon.

 

Pemasaran Melon Premium Hidroponik Muhtar membudidayakan kurang lebih 10 varietas melon premium, seperti golden aroma dan golden alisa di greenhouse seluas 1.500 meter persegi. Hasil produksi tanamannya didistribusikan dengan 3 cara.

 

"Pertama, langsung ke konsumen melalui wisata petik melon dengan catatan harus beli. Kedua, jual ke supermarket dan toko modern di Purwokerto dan Banyumas. Ketiga, memanfaatkan media sosial dan marketplace," ujar Muhtar.

 

Muhtar mengatakan saat ini, belum merambah distribusi ke wilayah Jakarta. Alasannya, produksi melonnya belum banyak. Untuk kebutuhan pasar lokal saja belum terpenuhi. Meski sudah dibantu oleh 15 mitra yang total bertanam sekitar 5.000 tanaman.

 

"Untuk pemuda pemudi di Indonesia. mari kita melirik dunia pertanian, yang identik dengan kotor, berpanas-panasan, dan penghasilannya tidak menentu. Namun sebenarnya, ketika pakai metode modern, dengan sistem yang serba otomatis dan greenhouse. Masih tetap keren lho! Ketika hujan, kita tidak perlu hujan-hujanan, karena ditanam dalam greenhouse," ucap Muhtar yang hingga kini masih aktif menjalani profesi sebagai guru madrasah.

 

*Untuk menghubungi Bapak Muhtar, WA Admin 085876075219. Jalan Desa Kaliurip RT 03/02. Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas. Jawa Tengah 53175. Channel YouTube : Muhtar Yusuf (Petani Milenial).

 

*Informasi selengkapnya tentang produk-produk kami, bisa unduh APPS PETANI CERDAS.

 

**Dapatkan juga informasi-informasi terkini seputar pertanian, terutama nutrisi tanaman. Serta, temukan distributor terdekat kami di wilayah Anda, hanya di APPS PETANI CERDAS

Berita Lainnya