MerokeKKB, Solusi Terbaik untuk Tanaman Kelapa Sawit Anda

March 01, 2021
MerokeKKB, Solusi Terbaik untuk Tanaman Kelapa Sawit Anda

Dalam budidaya Kelapa Sawit, pemupukan adalah salah satu hal yang terpenting untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Diyar Oka, Manager Area Sumatera Selatan di PT Meroke Tetap Jaya mengatakan untuk budidaya sawit, agar lebih optimal sebaiknya pemupukannya mengikuti 5T, yaitu Tepat Waktu, Tepat Dosis, Tepat Cara, Tepat Jenis dan Tepat Formula.

 

Selama ini petani sawit kerap mengalami penurunan efisiensi pupuk yang disebabkan tidak mengikuti 5T. Seperti, pemakaian jenis pupuk yang tidak tepat, pupuk yang diberikan memiliki kandungan hara yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman sawit, waktu aplikasi pupuk yang diberikan ke tanaman sawit tidak tepat, dan penempatan pupuk yang tidak tepat.

 

"Dengan mengikuti 5T, pupuk yang diberikan akan memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawit," ucap pria lulusan Universitas Gajah Mada jurusan pertanian ini.

 

Bicara pemupukan, Diyar menegaskan bahwa sawit sama dengan tanaman lainnya yang setidaknya membutuhkan 12 unsur hara, di antaranya N, P, K, Ca, Mg, S, B, Fe, Cu, Mn, Zn, dan Mo. Masing-masing unsur hara tersebut memiliki fungsi yang berperan dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman sawit. Bahkan bisa meningkatkan kualitas hasil produksi tanaman.

 

 

"Untuk sawit ini, PT Meroke Tetap Jaya sudah membuat beberapa program pemupukan, mulai dari pembibitan sampai sawit yang berusia lebih dari 16 tahun. Tinggal disesuaikan saja. Program pemupukan ini bisa dilihat di website www.meroketetapjaya.com," ucap Diyar.

 

Produk Unggulan untuk Tanaman Sawit PT Meroke Tetap Jaya sebagai perusahaan pupuk swasta di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1953, memiliki MerokeKKB yang diformulasikan untuk tanaman sawit. Produk ini termasuk pupuk majemuk, yang kandungan unsur haranya bisa langsung diserap oleh tanaman.

 

"MerokeKKB itu dulunya dikenal dengan Korn-Kali+B yang mengandung 40% K2O, 6% MgO, 4% S, dan 0,8% B2O3. Kalium-nya itu dari KCl/MOP, Magnesium-nya dari SoluMAG, dan Boron-nya dari Natrium Borate," ujar Diyar.

 

Dilihat dari sisi kandungan unsur haranya, tambah Diyar, dengan demikian pemakaian 6 kg pupuk MerokeKKB, setara dengan: 4 kg pupuk KCl/MOP; 1,3 kg pupuk SoluMAG; dan 100 gr pupuk Borate.

 

"Dengan aplikasi 4,5-6 kg MerokeKKB per pohon yang dibagi menjadi 2-3 kali, akan memenuhi kebutuhan K, Mg, dan B selama setahun pada Tanaman Menghasillkan (TM) kelapa sawit," lanjutnya.

 

Diyar menambahkan, pemakaian pupuk MerokeKKB ini lebih hemat jika dibandingkan dengan aplikasi pupuk tunggal. Biaya aplikasi pemupukan pun bisa hemat hingga tiga kali jadwal pemupukkan. Selain hemat, menurut Diyar, MerokeKKB membuat pemupukan sawit lebih mudah, lebih tepat guna, dan ekonomis.

 

"Enaknya pakai MerokeKKB ini, petani bisa bebas dalam memilih sumber Nitrogen. Juga, bebas dalam memilih sumber Fosfat. MerokeKKB ini melengkapi dengan rasio yang pas untuk kebutuhan Kalium, Magnesium, dan Boron pada tanaman kelapa sawit," ujarnya.

 

Adapun sejumlah keunggulan pupuk MerokeKKB lainnya di antaranya: cocok untuk semua tipe dan kondisi pH tanah, mengamankan kebutuhan K & Mg dengan rasio seimbang (7:1), menjamin penyebaran hara lebih merata di piringan, dan bisa diaplikasikan menggunakan mekanisasi (spreader).

 

Peranan K, Mg, dan B pada Tanaman Sawit

 

Kalium dan Magnesium (Sastrosayono, 2003) adalah unsur hara yang sangat penting untuk tanaman sawit. Unsur ini jika diberikan sesuai dengan dosis kebutuhan akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kelapa sawit, dan kekurangan kedua unsur ini akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi abnormal dan penurunan produksi (Rankine dan Fairhurst, 1999).

 

Kalium pada tanaman sawit berperan dalam mengatur fungsi stomata pada daun serta berperan penting untuk transportasi asimilasi dan fotosintesis, mengaktifkan enzim, dan sintesa minyak. Unsur hara ini juga mempengaruhi kualitas dan kuantiitas tandan serta resistensi terhadap penyakit dan stres kekeringan.

 

Kelebihan Kalium dapat menyebabkan kekurangan unsur hara lain, yaitu Magnesium dan Boron. Selain itu juga dapat menurunkkan rasio minyak dalam tandan buah. Gejala kekurangan atau defisiensi Kalium pada tanaman sawit ditandai dengan munculnya bercak oranye, mid crown yellowing, dan white strip.

 

White strip sendiri diyakini terjadi karena ketidakseimbangan kelebihan N serta kekurangan K dan B. Pada umumnya, gejala defisiensi K terjadi bila sawit ditanam pada tanah gambut, tanah berpasir, dan tanah yang Asam dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang rendah.

 

Idealnya pupuk yang mengandung K diberikan 2-3 kali setahun, dan pada tanah gambut dan tanah berpasir sebanyak 3-4 kali setahun. Pemupukan harus dilakukan secara berimbang, dan dilakukan secara efektif dan efisien sesuai dengan ketersediaan hara di dalam tanah.

 

Untuk dosis pupuk, ditentukan berdasarkan umur tanaman, hasil analisis daun, jenis tanah, produksi tanaman, hasil percobaan, dan kondisi visual tanaman (Karmawati, 2012).

 

Sementara itu, Magnesium sebagai salah satu unsur hara makro sekunder berperan penting untuk metabolisme Fosfat, respirasi tanaman, dan aktivasi enzim. Unsur hara ini merupakan elemen penting pada klorofil untuk fotosintesis.  

 

Mg juga merupakan pusat atom dari molekul klorofil yang menjadi pigmen warna hijau di daun. Mg diperlukan tanaman sawit sebagai pompa untuk pergerakan unsur N, P, dan K ke dalam tanaman melalui dinding sel akar.  

 

Peran penting lainnya adalah pembentukan minyak dalam biji. Hara makro sekunder ini bersifat 'mobile' di tanaman, sehingga defisiensi Mg akan tampak pada daun yang lebih tua. Gejala defisiensi Mg ditandai dengan klorosis pada bagian daun yang terkena sinar matahari secara langsung.  

 

Pada kasus tertentu, warna daun berubah dari kuning tua menjadi kuning terang dan akhirnya menjadi kering. Defisiensi Mg terjadi karena ketidakcukupan pengambilan Mg, atau ketidakseimbangan antara Mg dengan kation lainnya seperti K+, NH4+, dan Ca2+. Aplikasi Nitrogen (N) dan potasium (K) dalam tanah tanpa pemberian Mg dapat menyebabkan defisiensi Magnesium (khlorosis).

 

Gejala kahat Mg pada tanaman kelapa sawit disebut dengan istilah “orange frond” dan pada tingkat kekahatan berat khlorosis diikuti oleh nekrosis (Oviasogie et al., 2011). Biasanya gejala Mg terjadi pada daerah yang curah hujannya tinggi (> 3.500 mm/tahun).

 

Selain itu, bisa terjadi bila jumlah Mg-dd di tanah kurang dari 0,3 cmol/kg. Untuk Boron, unsur hara esensial ini berperan dalam pertumbuhan akar, sintesis asam nukleat, pembentukan dinding sel, hormon tanaman, dan pembentukan karbohidrat dan protein.

 

Defisiensi Boron (B) pada sawit terjadi bila pH tanah < 4,5 atau pH tanah > 7,5. Unsur hara ini cepat tercuci oleh air hujan. Defisiensi ditandai dengan munculnya daun yang keriting dan ujung anak daun melipat seperti mata pancing. Setelah itu, bentuk tanaman menjadi aneh, kaku, dan rapuh.