Irawan Tanam Seledri Hidroponik dengan Paralon NFT di Dataran Rendah Lampung Tengah

June 06, 2023 | Penulis: Denny Purwanto
Irawan Tanam Seledri Hidroponik dengan Paralon NFT di Dataran Rendah Lampung Tengah

 

Terbatasnya kegiatan saat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada awal Pandemi, adalah momen munculnya inisiatif Irawan terjun menjadi hidroponiker. Irawan berpikir kegiatan apa yang masih bisa berjalan namun tetap bisa menghasilkan cuan.

 

"Dari situlah saya mengenal sistem hidroponik yang lagi trend, meski belajar hanya lewat media sosial dan secara otodidak. Mulanya, saya berhidroponik selada, namun dirasa-rasa selada kurang ekonomis, saya ganti dengan seledri," ucap Irawan yang sudah 2 tahunan menanam seledri.

 

Untuk varietas yang digunakan, Irawan memilih seledri jenis baby. Varietas ini cukup adaptif ditanam di dataran rendah. Juga, permintaan pasar di lampung saat ini menghendaki jenis seledri baby.

 

Sistem Paralon NFT

 

Dengan perkembangan informasi yang pesat, terutama saat pandemi, menjadikan pertanian hidroponik sebuah pilihan menarik bagi para petani di Indonesia. Di Lampung Tengah, ada Irawan. Petani millenial yang mengembangkan pertanian hidroponik yang memanfaatkan paralon dengan sistem NFT.

 

"Kelebihan menanam seledri di paralon NFT itu sirkulasi udaranya lebih merata, nutrisinya lebih bisa dikontrol, air lebih dingin, penyaluran nutrisi lebih merata," ucap Irawan yang tinggal di Kecamatan Seputih Agung, Provinsi Lampung Tengah.  

 

Tambah Irawan, alasan lainnya kenapa memilih sistem NFT, yaitu tanaman lebih tahan terhadap stress. Perawatannya pun secara umum lebih mudah. Paralon bisa dibersihkan menggunakan mesin steam dan tandon hanya dibersihkan secara berkala.

 

Menurutnya, sistem NFT inilah yang menjadikan tanaman seledri bisa di tanam di dataran rendah seperti di Lampung Tengah, tempat tinggalnya. Padahal, tanaman seledri umumnya tumbuh optimal pada daerah dataran tinggi 800-1200 meter dari permukaan laut.

 

"Pesan saya, sebelum pilih NFT itu pelajari dulu sistemnya bagaimana, kandungan nutrisinya untuk seledri berapa bagusnya, harus berapa pH airnya, ppm air baku dan lingkungan iklim sekitar juga harus dipelajari agar optimal hasilnya," sambung Irawan.

 

Perawatan Seledri

 

Meski sederhana, Irawan membangun greenhouse untuk tanaman seledrinya, yang terbuat dari bambu. Semula, luasan bertanam seledrinya hanya 75 m2, kini sudah mencapai 800 m2 dengan populasi 14.820 lubang tanam.

 

"Atap menggunakan bambu, penyangga paralon menggunakan kayu. Untuk UV sendiri pakai yang lebarnya 6 m dengan ketebalan 80 Mikron. Paralonnya yang ukuran 3 Inchi," ungkap Irawan.

 

Untuk angka PPM ketika seledri masih kecil atau sebelum memasuki masa pembesaran yang umumnya umur 0-14 hari setelah semai, adalah 800 PPM. Setelah masa pembesaran sampai panen, naik menjadi 1.200 PPM.

 

Media tanam yang dipilih, yaitu busa dan tidak menggunakan netpot. Satu busa atau 1 lubang tanam menggunakan paling sedikit 30-an biji.

 

"Penyakit seledri biasanya jamur, namun masih bisa dikendalikan dengan fungisida sesuai dosis yang direkomendasikan. Serangan jamur yang sangat merepotkan umumnya, busuk akar. Jika terserang, penanggulangannya itu langsung ganti nutrisi semua, membersihkan tendon dan sterilisasi paralon agar penyakit busuk akar tidak menular ke yang lainnya," jelas Irawan yang nutrisi tanaman melalui pemupukannya menggunakan produk-produk yang watersoluble grade.

 

Irawan menggunakan 8 bahan sebagai bahan dari nutrisinya, yaitu MerokeCALNIT, MerokeKALINITRA, Meroke Fe 6% EDDHA, MerokeSOP, MerokeMKP, MerokeMAP, MerokeMAG-S, dan MerokeVITAFLEX.

 

Tanaman seledri bisa dipanen sekitar 65-75 hari setelah semai. Sistem panennya memakai sistem dicabut semua sampai ke akar-akarnya. Pemanenan dilakukan sesuai permintaan pasar, namun umumnya permintaan di pasar tadisional Lampung Tengah sekitar 200 kg/hari.

 

Panen Seledri Hidroponik

 

Panen seledri yang diproduksi Irawan didistribusikan ke pasar-pasar lokal dan pasar tradisional. Sistem pengemasannya hanya diikat menggunakan tali biasa.

 

"Mungkin saat sudah masuk ke pasar modern, kemasan atau pengemasannya diperhatikan," tambah Irawan yang dalam sekali panen di greenhouse dengan ukuran 800 m2, sekitar 2.000 kg.

 

Jika harga seledri per kilogram: Rp 15.000, yang dikalkulasikan ke Rupiah bisa mencapai Rp 30 juta sekali panen.

Berita Lainnya