Hikam Ibnu: Buang Gengsi, Jadilah Petani Muda Bangun Tanah Kelahiran!

August 10, 2023 | Penulis: Rizal MZ
Hikam Ibnu: Buang Gengsi, Jadilah Petani Muda Bangun Tanah Kelahiran!

Lahir dan tumbuh di lingkungan yang bernuansa pertanian, Hikam Ibnu Pratama atau yang akrab disapa Hikam, memilih untuk mengabdi menjadi seorang petani di usianya yang masih muda. Tahun 2023 ini, menginjak usia 24 tahun.

 

"Saya benar-benar terjun ke pertanian itu waktu SMA, namun tidak intens. Baru pas udah lulus SMA, langsung terjun ke lapangan. Berkecimpung langsung dengan dunia pertanian," ucap Hikam yang kini sedang mengerjakan tugas akhir di sebuah perguruan tinggi di Jawa Barat.

 

Kuliah Sambil Bertani

 

Di saat masih menyandang status pelajar SMA, kegiatan bertani Hikam di lahan milik keluarganya, di antaranya penyemprotan, penanaman, dan panen. Selepas SMA, Hikam melanjutkan studi ilmu pertanian. Hebatnya, meski sambil kuliah, bisa nyambi menjadi petani.

 

"Sudah 2 tahun mandiri jadi petani, biar ada perkembangan. Alasannya, mau membantu orang tua. Lainnya, karena di desa lahan-lahan itu sangat banyak untuk pertanian, tapi kebanyakan orang-orang yang seumuran saya, mau kerjanya itu ke pabrik dan milih keluar kota. Itu buat apa? Padahal, selagi ada potensi di desa sebagai petani, mengapa tidak? Istilahnya, buang dulu lah gengsi, demi profesi yang mulia ini," papar Hikam yang tidak terganggu kuliahnya meski disibukkan juga dengan pekerjaan di lahan.

 

Sambung Hikam, profesi petani itu banyak tantangannya. Dominannya, orang-orang beranggapan menjadi petani itu sangat kucel dan yang terlihat bagian kotor-kotor di lahan. Karena itulah, anak-anak muda malas menjadi petani, karena tidak bergengsi.

 

"Kalau anak muda udah ngerasain keuntungan dari bertani, itu bisa gengsinya hilang. Soalnya, dari hasil bertani nggak kalah sama yang kerja-kerjaan kantoran dan pabrik," ucap Hikam sambil tersenyum.

 

Menjadi Petani Cabai

 

Cabai keriting, komoditas yang dipilih Hikam untuk meraup cuan dari pertanian. Dengan total luasan lahan, sekitar 3 Ha.

 

"Sekarang saya menanam cabe, kurang lebih 1 Ha yang sedang panen. Dan, ada lagi yang lain 2 Ha, kemungkinan panen kisaran 2 bulan lagi," imbuhnya.

 

 

Sementara itu, total pekerja yang membantunya di lahan, ada 25 orang. Untuk manajemen SDM ini, Hikam membagi-bagi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan di lahan.

 

 

"Misalnya lagi ada pemupukan, yang laki-lakinya ke lahan untuk melakukan penyemprotan (pupuk). Sedangkan, ibu-ibunya ke lahan yang lain untuk panen, jadi bagi-bagi pekerjaan," sambung Hikam yang lahannya berada di dataran tinggi Garut, Jawa Barat.

 

Lahan budidaya cabai yang dikelola Hikam berada di 1.000 mdpl, dimana menurut Hikam, panennya lebih lama daripada dataran rendah. Agar hasil yang didapatkan optimal, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Seperti: pengolahan lahan, penyemprotan insektisida dan fungisida, serta pemberian pupuk.

 

"Jika hal-hal tersebut dilakukan dengan tepat, intensitas panen bisa 20-25 kali. Satu pohon pun bisa menghasilkan satu kilogram.

 

 

Pemupukan Cabai

 

Untuk pemupukan, Hikam mempercayakan dengan produk-produk dari PT Meroke Tetap Jaya. Mulai dari pemupukann dasar, hingga pembesaran buah.

 

"Awal pemupukan dasar, pakai pupuk kandang ayam, ditambah Suburkali BUTIR dan SS (AMMOPHOS). Kombinasi pupuk ini untuk kesuburan tanahnya. Kalsium Nitrat-nya dari KARATE PLUS BORONI, untuk memperkuat dinding sel tanaman," ungkap Hikam.

 

Pada fase vegetatif, Hikam mengaplikasikan NPK Mutiara 16-16-16. Hasilnya, tanaman Tampak lebih segar, pucuk daunnya dan pangkalnya hijau.

 

"Masa generatif, dipakai NPK Mutiara GROWER 15-09-20+TE dan KARATE PLUS BORONI. Sepengalaman saya, buahnya itu jadi sangat lebat. Pucuknya juga bagus, hijau tidak mengkerut. Pupuk daunnya, MerokeFITOFLEX yang sama bagus untuk pucuknya. Jadi, lihat tanaman cabai bukan hanya tinggi, tapi buah atasnya juga banyak, dan bunganya juga tidak rontok. Bila mau naikkin produksi tanaman yaa harus seperti itu," ujarnya.

 

Pesan Hikam

 

"Buat seumuran dengan saya, petani milenial yang dimanapun kalian berada. Ayolah kita bangun lagi generasi muda kita itu dengan bertani!!! Kenapa? Karena, jika tidak ada yang meneruskan mau siapa lagi? Sedangkan petani itu kan “Penyangga Tatanan Nasional Negara Indonesia”. Buang dulu gengsi, buang dulu ego. Marilah bersama menjadi petani muda yang cerdas di Nusantara ini," tutup Hikam.

Berita Lainnya