Alpukat yang Trennya Masih 'Legit'

September 25, 2022
Alpukat yang Trennya Masih 'Legit'

 

10 tahun berlalu, alpukat hingga kini trennya terbilang masih 'legit', seperti rasanya. Potensi pasarnya masih tinggi, dan masih cuan. Tanaman tahunan satu ini bisa menjadi pilihan menarik untuk dibudidayakan oleh petani di Indonesia, selain durian yang trennya kini juga 'aromanya kian menyengat'.

 

Jika mau bertanam alpukat, saya sarankan jangan 'nanggung-nanggung'!!! Tanamlah mulai dari jenis varietas yang umum, hingga varietas premium. Di antaranya miki, aligator, pluang, kendil, bahagiawati, hass dan banyak varietas lainnya. Secara taksonomi sendiri alpukat berasal dari negara Mexico dan Amerika Tengah.

 

Nah, untuk alpukat ini, ada petani yang saya kenal baik, namanya Bapak Giyanto. Pria berusia 45 tahun ini sudah bertanam lebih dari 40 jenis alpukat di kebunnya. Wow yaaaa..

 

Kebunnya selain menjadi kebun produksi, kerap dipakai sebagai tempat riset terhadap beberapa jenis alpukat introduksi. Apakah sesuai atau tidak jika dibudidayakan di Indonesia. Bisa nih, bagi yang mau berkunjung. Sebab, kebunnya juga sudah dibuat konsep agrowisata. Asyik untuk jadi tujuan refreshing bersama keluarga sambil edukasi pertanian.

 

Mau ke sana? Bisa pakai Google Maps, kemudian cari lokasi Berkah Mandiri Farm, yang beralamatkan di Desa Gandatapa Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

 

Kata Bapak Giyanto, ada banyak keunggulan bertanam alpukat ini. Pertama, dapat panen lebih dari 2 kali dalam satu tahun, berbeda dengan durian yang pada umumnya hanya panen 1 kali dalam setahun. Kedua, alpukat mampu tumbuh dan berbuah dengan baik di segala tempat, mulai dataran rendah yang panas hingga dataran menengah ke atas yang dingin.

 

"Budidaya alpukat juga relatif lebih mudah dari pada budidaya tanaman sayuran, dan harganya stabil. Kalau sayuran kan tingkat fluktuatifnya sangat tinggi, kadang mahal tapi seringnya murah," ujar Bapak Giyanto yang awalnya bukan petani alpukat, tapi petani sayuran.

 

Ketiga, memiliki tingkat adaptif yang tinggi, sehingga tidak memerlukan perawatan yang ekstra. Sebab, serangan hama dan penyakit lebih minim, tidak seperti tanaman sayuran.

 

Budidaya Alpukat

 

Untuk budidaya, Bapak Giyanto lebih memilih sistem tumpang sari dengan tanaman semusim misalnya cabai, tomat dan terong. Dengan begitu, Bapak Giyanto bisa double cuannya. Dari sayur dapat, dari alpukat juga karena ada panen mingguan, bulanan, dan tahunan. Cash flow automatis bisa lebih lancar.

 

Sistem tumpang sari juga dinilainya bisa lebih mengefisienkan tenaga kerja, perawatan bahkan pemupukan.

 

"Jadi selama tanaman alpukat belum besar, masih bisa dilakukan tumpang sari," ujar Bapak Giyanto yang mulai bertanam alpukat dari 5 lalu, dengan alasan untuk menambah pemasukan.

 

Bagi Bapak Giyanto, faktor keberhasilan dalam budidaya ini di antaranya pemilihan lahan. Jadi, sebelum menanam alpukat hendaknya dipilih lahan yang pengairannya bagus. Setelah itu, faktor bibit.

 

"Faktor bibit memegang peranan lebih dari 50% dalam keberhasilan budidaya. Jika dari awal bibitnya salah, maka sulit untuk membuahkan alpukat. Panennya bisa mundur, bahkan bisa tidak panen sama sekali. Apalagi bibit yang digunakan bukan bibit unggulan dan bersertifikat," jelasnya.

 

Faktor berikutnya, kesesuaian lahan atau agroklimat yang perlu disesuaikan dengan jenis alpukat yang akan ditanam. Misal, untuk dataran rendah sampai menengah bisa menanam alpukat jenis miki, alligator dan pluang. Sedangkan, untuk dataran menengah ke atas bisa menanam jenis alpukat hass.

 

"Perawatan juga sangat menentukan keberhasilan dalam budidaya, misalnya kapan saat yang tepat untuk dilakukan pruning (pemangkasan), kapan dilakukan stressing air dan pupuk apa yang tepat untuk alpukat," ucap Bapak Giyanto yang pernah menjadi narasumber #BicaraTani episode 94 di Channel YouTube NPK Mutiara TV.

 

 

Dalam pemilihan pupuk, Bapak Giyanto membedakan menjadi 2 yaitu saat TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan TM (Tanaman Menghasilkan). Umumnya, TBM alpukat itu antara 0-3 tahun setelah tanam. Sedangkan TM alpukat, saat memasuki umur 3 tahun ke atas.

 

Ketika fase TBM alpukat, pemilihan pupuknya bisa menggunakan NPK Mutiara 16-16-16 yang dicampur dengan KARATE PLUS BORONI dengan interval pemupukan 3-4 bulan sekali.

 

"Saat tanaman masuk fase TBM, bisa menggunakan NPK Mutiara GROWER 15-09-20+TE yang dicampur dengan KARATE PLUS BORONI dan Suburkali BUTIR," sambungnya.

 

Bapak Giyanto sendiri melihat bahwa tren alpukat yang naik terus, bisa dijadikan pilihan usaha bagi yang sedang atau mau berbisnis di bidang pertanian. Sebab, sangat menjanjikan dan menguntungkan, namun tentunya diperlukan strategi dan penguasaan ilmu yang tepat sehingga tingkat keberhasilannya tinggi.

 

Semoga dengan pengalaman saya berkunjung ke kebun alpukat Bapak Giyanto ini menambah wawasan pembaca. Dan, semakin banyak generasi muda yang menjadi petani, agar pertanian di Indonesia bisa lebih maju dan berkembang.

 

*Informasi selengkapnya tentang produk-produk kami, bisa unduh APPS PETANI CERDAS.

 

**Dapatkan juga informasi-informasi terkini seputar pertanian, terutama nutrisi tanaman. Serta, temukan distributor terdekat kami di wilayah Anda, hanya di APPS PETANI CERDAS

Berita Lainnya