Ahmad Syarif Purnama, Bantu Petani-Petani di Cianjur dengan Keilmuan yang Kekinian

September 11, 2023
Ahmad Syarif Purnama, Bantu Petani-Petani di Cianjur dengan Keilmuan yang Kekinian

"Saya lahir dari lingkungan petani, dimana orang tua dan kakek seorang petani, sering ikut ke sawah melihat bagaimana cara tanam padi dan juga budidayanya, selain padi juga tanaman yang lainnya. Mulai benar-benar tertarik itu kelas 2 SMA," ujar Ahmad Syarif Purnama, yang lahir pada tahun 1997.

 

Tekuni Hama & Penyakit

 

Pria muda asal Cianjur ini mengikuti panggilan hatinya untuk menggeluti dunia pertanian. Dan, itu membawanya memilih kuliah di jurusan Agroteknologi. Di sana, Ahmad Syarif giat belajar, khususnya tentang hama penyakit dan ilmu tanah. Juga, aktif di beberapa kegiatan. Fokusnya di kegiatan laboratorium, sehingga dipercaya sebagai asisten dosen di bidang Ilmu Tanah dan Hama Penyakit selama 3 tahun. 

 

"Tanah-tanah yang ada di Indonesia itu, rata-rata tingkat kesuburanya sudah mulai menurun. Kita perlu mencari cara untuk menemukan teknologi baru agar bisa meningkatkan kesuburan tanah di Indonesia. Selain kesuburan tanah, permasalahan yang dihadapi petani  itu, ada di sektor hama penyakit. Rata-rata di lapangan kadang kesulitan untuk mengidentifikasi ini penyakit apa," jelas Ahmad Syarif.

 

Sambungnya, rata-rata permasalahan hama, khususnya di tanaman padi, yaitu masalah hama putih palsu dan penggerek batang. Masalah lainnya, seperti tikus. Sementara, penyakit yang sering merusak tanaman padi di antaranya: penyakit kresek, hawar daun, hawar pelepah,  jamur oncom, dan patah leher. "Saya pribadi dalam penanganan hama, tidak lepas dari pencegahan.

 

Maka dari itu, saya sering monitoring ke lapangan, melihat ada hama apa yang berpotensi untuk merusak tanaman padi dan melakukan tindakan sesuai dengan hama yang ditemukan di lapangan. Saya juga menggunakan pendekatan-pendekatan dengan bahan aktif yang jauh lebih concern ke hama & penyakit tersebut," papar Ahmad Syarif.

 

Terjun Bertani di Lahan Sendiri

 

Setelah lulus dari bangku kuliah selama 4 tahun, Ahmad Syarif memutuskan untuk bertani di lahan sendiri. Selain padi, ditanam juga tanaman palawija seperti cabai besar, mentimun, kacang panjang, dan sebagainya.

 

"Pola tanam di lahan padi saya, pertama, pada musim tanam (MT) 1, biasanya menanam padi varietas ciherang atau IR 64. Karena pada MT 1, varietas tersebut lumayan cukup perlu air. Dimana, biasanya pada MT 1 air cukup melimpah. Memasuki MT 2, saya menggunakan varietas Tri Sultan, kenapa Tri Sultan? Karena berkaitan dengan kondisi air. Varietas ini cukup tahan kekeringan. Unggulnya, Tri Sultan juga termasuk padi genjah, dengan masa panen sekitar 95-100 HST," jelasnya.

 

Saat menjelang MT 3, Ahmad Syarif mengatakan akan bersiap-siap untuk bertanam palawija berupa kedelai ataupun cabai untuk rotasi tanamannya. Juga tanaman lainnya yang potensi membawa keuntungan. Menurutnya, rotasi tanaman diperlukan untuk memutus rantai hama dan penyakit.

 

"Alhamdulillah dengan pola tersebut, ada peningkatan hasil sebanyak 6 ton per hektar. Di sini, hasil di sawah di sekeliling yang mana merupakan sawah tadah hujan itu rata-rata sekitar 4-5 ton per Hektare. Dan, untuk musim sekarang, saya memiliki target untuk peningkatan hasil sebanyak 8-9 ton per Hektare," imbuh Ahmad Syarif.

 

Bantu Petani dengan Keilmuan

 

Dengan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang didapatkannya saat bangku kuliah, Ahmad Syarif bisa mendapatkan hasil yang optimal. Tak ingin menyimpan kesuksesan sendiri, Ahmad Syarif pun membagikan keilmuannya dengan petani lainnya di Cianjur.

 

"Seperti bagaimana cara pengolahan tanah yang baik, bagaimana pemupukan, bagaimana pendekatan unsur hara yang baik, pendekatan terkait pengendalian hama penyakit itu cenderung lebih teratur. Dan pada akhirnya di beberapa musim, alhamdulillah hasil padi selalu lebih unggul. Petani-petani lain sering ke rumah untuk konsultasi atau sekedar ngobrol dengan saya," ungkapnya.

 

Ahmad Syarif juga meladeni undangan petani untuk berkunjung serta monitoring lahan-lahan petani untuk melihat kondisi dan apa yang menjadi permasalahan petani. Masalah yang banyak ditemukan, selain hama & penyakit, juga berkaitan dengan defisiensi unsur hara. Sebab, petani rata-rata tidak tahu bagaimana cara membedakan antara defisiensi unsur hara atau akibat serangan hama & penyakit.

 

"Maka dari itu, saya mencoba mengedukasi para petani, memberitahu cara sederhana bagaimana cara mengidentifikasi masalah tersebut dengan memberikan solusi terbaik yang saya ketahui kepada para petani. Alhamdulillah, beberapa petani yang saya bantu itu merasa sangat terbantu," sambung Ahmad Syarif yang untuk pemupukannya mempercayakan ke sejumlah produk pupuk dari PT Meroke Tetap Jaya.

 

Adapun pesan Ahmad Syarif untuk para petani muda, yang baru lulus kuliah, yang masih mencari kerja, maupun karyawan swasta yang ingin sambil bertani:

 

"Tetap Semangat! Jangan lupa terus berinovasi dan mencari referensi serta ilmu-ilmu yang bisa bermanfaat untuk pertanian kita agar pertanian di Indonesia tetap maju dan dapat menyokong ketahanan pangan negara."

Berita Lainnya