Sesuaikan Sistem Hidroponik dengan Jenis Tanaman

Kesalahan hidroponiker yang kerap terjadi, yaitu memaksakan sistem hidroponik. Dalam berhidroponik, harus menyesuaikan sistem hidroponik dengan jenis tanaman yang dibudidayakan.

"Umumnya tanaman berkayu dan relatif lebih lama umur produktifnya sebaiknya menggunakan sistem substrat. Sedangkan sayuran daun dan bisa dipanen dengan cepat, sebaiknya menggunakan sistem non-substrat. Itu adalah pilihan yang bijaksana," kata Catur Dian Mirzada, Marketing Manager PT Meroke Tetap Jaya.

Pemilihan sistem hidroponik juga, tambah Catur, harus memerhatikan morfologi tanaman. "Lucu juga menanam pohon pepaya dengan sistem NFT bukan? Bedakan tanaman yang bisa sekedar tumbuh dengan tanaman yang bisa untuk tujuan komersial," tuturnya.

Pada umumnya, dalam sistem hidroponik, ada beberapa media tanam (selain tanah) yang bisa dipilih, di antaranya: ?

1. Media air?

2. Substrat organik (sekam bakar, cocopeat, dan lain-lain)

3. Substrat anorganik (pasir, rockwool, kerikil, dan lain-lain)

Sementara untuk sistem instalasi, pada umumnya yang dipakai, di antaranya:

1. Nutrient Film Technique (NFT)?

2. Deep Flow Technique (DFT)

?3. Sistem sumbu (Wicked System)

4. Sistem pasang surut (Eeb and Flow/Flood and Drain)

5. Sistem tetes (Drip System)?

6. Menggunakan media udara, bukan tanah (Aeroponic)

"Untuk sistem sirkulasi, bisa dipilih sistem tertutup (air nutrisi disirkulasikan lagi) atau sistem terbuka (air nutrisi tidak dipakai lagi)," sambungnya.

Pada bagian atap sistem hidroponik, hidroponiker bisa menggunakan atap langit atau memasang greenhouse (GH). Bisa dibuat horizontal atau vertikal.

"Kombinasi sistem yang dipilih tentunya ada keunggulan dan kerugiannya. Pilih saja modelnya, kemudian disesuaikan dengan kebutuhan untuk bisa berproduksi secara efisien, ekonomis, efektif, dan berkelanjutan," ujar Catur.

Berikut tabel saran untuk tanaman dan sistem hidroponik yang cocok digunakan: